Selasa, 17 Juni 2008

Birokrasi, Masyarakat Informasi, Remunerasi

Ketika semangat demokrasi bersemi, orang lebih bebas bicara dan teknologi informasi menggalakkan transparansi, tak ada pilihan lain bagi birokrasi pemerintah kita sekarang ini kecuali memperbaiki remunerasi. Terima kasih kepada pers yang –dengan semangat berbagi informasinya—telah membantu menekan birokrasi agar lebih cepat berubah, lebih rasional dan agar tak banyak lagi melakukan “kebohongan publik”, termasuk dalam sistem penggajian pegawainya yang tak rasional namun yang telah berurat-berakar panjang itu.

Kebanggaaan berani bergaji rendah (seperti kadang ditunjukkan lewat tameng “pengabdian PNS”) sesungguhnya tak relevan lagi dengan peran yang mesti disumbangkan oleh birokrasi dalam era keterbukaan informasi yang akan terus berkembang. Masyarakat informasi kini mengerti: di balik kepura-puraan birokrasi kita, tak ada bukti empiris di dunia bahwa gaji rendah mampu meningkatkan produktivitas, mempertahankan etos kerja yang baik, apalagi menciptakan prestasi suatu birokrasi. Tak usah bicara birokrasi Jepang atau Perancis jauh di sana, tengok saja negeri tetangga Malaysia, Muangthai dan Singapura. Apakah mereka mempertahankan sistem birokrasi bergaji rendah?

Ketidakjujuran, pembohongan kepada publik, PNS yang bermental “inferior” dan ABS (Asal Boss Senang), erosi iman dan jauh dari semangat dedicated to excellence” itulah yang berkembang ketika gaji terus ditekan rendah, sementara tantangan permasalahan negeri tumbuh sangat cepat. Indonesia mengalami keadaan ini cukup lama dan tak satu pun diuntungkan: PNS tetap miskin, kuyu dan tak berdaya (kecuali sebagian kecil yang meyimpang) sedangkan masyarakat hampir tak merasakan manfaat dari adanya birokrasi. Ada yang “beruntung” mungkin: sebagian penguasa/politisi, birokrat atau bisnismen yang tak punya orientasi jelas mengenai masa depan negeri ini, kecuali kepentingan kekuasaan atau bisnisnya sendiri.

Mestikah remunerasi (baca: Gaji) birokrasi di Indonesia sekarang diperbaiki? Mutlak perlu. Perlu segera diterapkan sistem penggajian yang lebih rasional, memperhatikan tingkat kebutuhan hidup yang layak serta pengembangan sikap profesional yang siap berkompetisi secara global, paling tidak dengan negeri tetangga. Gaji birokrat kita seharusnya –seperti diterapkan di banyak negara lain—tak punya gap yang terlalu jauh dari pihak manapun/ swasta yang diurusinya.

Keberatan serta debat yang terlalu panjang untuk menghalangi kenaikan gaji PNS akan berujung pada hanya satu muara: mempertahankan sistem birokrasi kita sekarang yang dipenuhi ketidakjujuran serta produksi macam-macam aturan (ketaatan, pengawasan melekat) yang tak punya kaitan dengan pencapaian kemajuan kecuali penciptaan pegawai yang ketakutan. Sistem gaji rendah sekarang menyuburkan korupsi, dan inilah sesungguhnya biaya mahal yang akan selalu mengerogoti kegemilangan masa depan Indonesia. Biaya yang lebih mahal dibandingkan kesediaan untuk menyisihkan sebagian pendapatan untuk memberi gaji yang lebih layak kepada PNS.

Setelah gaji naik, lalu apa? Wajar bila birokrasi dituntut lebih banyak. Didenda untuk kinerja yang buruk atau dimasukkan ke dalam penjara karena pelanggaran kode etik profesionalitas. Silakan siapkan berbagai sanksi, termasuk cambuk, setelah sistem remunerasi diperbaiki.

Indonesia bukanlah –mungkin seperti pernah kita bermimpi—sebuah negeri utopia dengan PNS bergaji rendah yang siap bekerja sepanjang hidupnya karena memiliki semangat “Abdi Negara.” Dalam mimpi itu, negeri utopia itu –bermodalkan kekayaan sumberdaya alam dan PNS-nya yang bergaji pas-pasan tapi bekerja penuh pengabdian-- akan tumbuh menjadi besar, kaya, hebat, berjaya …

Sekali lagi, sayangnya, tak ada bukti empiris di dunia bahwa birokrasi yang kokoh dan berwibawa akan tercipta dengan motor bernama pengabdian atau iman berlebihan saja. Sistem yang baik yang masuk akal harus dibentuk, dikembangkan. Remunerasi (gaji) yang layak merupakan elemen penting bagi berkembangnya sistem birokrasi modern yang profesional, kokoh dan berwibawa itu. Masih cukupkah alasan kita untuk mempertahankan pendapat agar birokrasi di Indonesia tetap tidak memperbaiki sistem remunerasinya?*** (Hanan Nugroho/Perencana Madya)

1 komentar:

strike_has mengatakan...

Bung Hanan yg baik, yakinlah suara Anda pasti di dengar orang, dan yakinlah pasti pimpinan akan memperjuangkan nasib rakyatnya.***(HS)